Komplikasi Kehamilan Yang Paling Umum Terjadi

Sebagian besar kehamilan berlangsung normal, namun sebagian lagi memiliki kemungkinan mengalami komplikasi atau masalah kesehatan serius. Kenali kemungkinan komplikasi yang umum terjadi selama kehamilan, agar Anda dapat mewaspadai dan mencegahnya.

Komplikasi kehamilan bisa terjadi akibat sejumlah kondisi yang telah ada sebelum hamil maupun yang baru terjadi saat hamil. Komplikasi kehamilan dapat menimpa ibu serta janin dengan gejala dan dampak yang bervariasi, tergantung tingkat keparahannya. Pada kasus yang berat, komplikasi kehamilan bisa mengancam nyawa ibu dan janin.

Macam-Macam Komplikasi Kehamilan yang Umum Terjadi

Agar bisa mengenali dan mengantisipasi komplikasi kehamilan, Anda perlu mengetahui dulu komplikasi apa saja yang bisa terjadi, serta penyebab dan gejalanya. Berikut ini adalah lima komplikasi kehamilan yang umum terjadi:

1. Hiperemesis gravidarum

Hiperemesis gravidarumΒ mirip denganΒ morning sickness, namun dengan gejala yang lebih berat. Mual dan muntah pada hiperemesis gravidarum akan berlangsung lebih lama, bahkan bisa sampai trimester kedua atau ketiga. Keluhannya pun lebih parah, hingga membuat ibu hamil mengalami dehidrasi dan sulit untuk makan atau minum.

Penyebab pasti hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun salah satu penyebabnya diduga peningkatan kadar hormon selama kehamilan. Upaya pencegahan pun belum dapat dilakukan karena penyebab pasti kondisi ini tidak diketahui.

Untuk mencegah dehidrasi dan kekurangan nutrisi yang bisa membahayakan janin, saat Anda mengalami mual dan muntah yang cukup parah, segeralah periksakan diri ke dokter. Bila perlu, dokter akan menyarankan ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum untuk diinfus dan dirawat di rumah sakit.

2. Keguguran

KeguguranΒ diartikan sebagai kematian janin di dalam kandungan saat usianya belum mencapai 20 minggu. Kondisi ini dapat ditandai dengan perdarahan melalui vagina, perut terasa kram atau sangat nyeri, sakit menjalar hingga ke punggung, tubuh terasa lemas, dan kadang disertai demam.

Sebagian besar keguguran terjadi akibat kelainan pada kromosom atau komponen genetik yang berujung pada gangguan pertumbuhan janin. Hal lain yang juga bisa menyebabkan keguguran adalah gangguan hormon, kelainan respons kekebalan tubuh (autoimun), terlalu lelah, merokok,Β mengonsumsi alkohol, kelainan rahim, dan kelemahan leher rahim.

Risiko keguguran juga akan meningkat pada ibu hamil yang memiliki penyakit tertentu, seperti diabetes, gangguan tiroid, dan tekanan darah tinggi.

3. Anemia

Tubuh memerlukan zat besi, vitamin B12, danΒ asam folatΒ untuk membentuk hemoglobin, yaitu protein pada sel darah merah yang berfungsi mengantarkan oksigen ke seluruh jaringan tubuh.

Saat hamil, kebutuhan darah akan meningkat untuk mendukung pertumbuhan janin. Namun bila tubuh ibu hamil tidak mampu memproduksi lebih banyak hemoglobin, bisa terjadi anemia.Β Anemia saat hamilΒ umumnya ditandai dengan letih, pusing, sulit berkonsentrasi, kulit pucat, bahkan sesak bernapas.

Anemia pada ibu hamil merupakan hal yang perlu diwaspadai. Pasalnya, anemia yang tidak ditangani bisa menyebabkan berat bayi rendah, kelahiran prematur, hingga cacat lahir. Kondisi ini lebih sering terjadi pada ibu hamil yang mengalami morning sickness, hamil kembar, atau memiliki pola makan tidak sehat.

4.Perdarahan

Sekitar 25-40% wanita hamil mengalamiΒ perdarahan di trimester pertama. Walau demikian, tidak semua perdarahan saat hamil adalah hal yang berbahaya. Perdarahan ini dapat disebabkan oleh proses menempelnya sel telur yang telah dibuahi pada dinding rahim atau melakukan hubungan seksual dengan cukup kuat.

Namun, perdarahan saat hamil bisa menjadi kondisi serius bila diikuti dengan gejala keguguran, seperti nyeri dan kram perut yang hebat. Selain itu, perdarahan yang terjadi akibatΒ kehamilan ektopikΒ atau pertumbuhan janin abnormal, seperti padaΒ hamil anggur, juga perlu diwaspadai.

Maka dari itu, perdarahan saat hamil tetap tidak boleh diremehkan, meski hanya berupa bercak-bercak darah yang jumlahnya sedikit. Saat mengalaminya, segeralah periksakan diri ke dokter kandungan untuk mendapat penanganan yang tepat.

5. Kurang cairan ketuban

Di dalam rahim, janin berdiam dalam kantung berisiΒ cairan ketuban. Fungsi cairan ini adalah melindungi janin dari benturan dan infeksi, menjaga suhu rahim stabil, serta membantu organ-organ janin untuk berkembang.

Jumlah cairan ini akan terus berkurang mulai usia kehamilan 36 minggu hingga akhirnya janin lahir. Namun hati-hati, turunnya volume cairan ketuban yang terlalu cepat bisa menyebabkan komplikasi kehamilan, seperti bayi sungsang dan bayi lahir prematur.

Selain lima komplikasi di atas, ada beberapa komplikasi lain yang juga perlu Anda waspadai, yaituΒ preeklamsiaΒ atau keracunan kehamilan,Β gangguan plasenta, diabetes gestasional, dan infeksi saat hamil.

Agar komplikasi-komplikasi tersebut dapat dicegah dan dideteksi sejak awal, ibu hamil perlu melakukanΒ pemeriksaan kehamilanΒ secara rutin. Jika ditemukan adanya komplikasi kehamilan, dokter akan memberikan sejumlah penanganan sesuai gangguan yang terjadi.

Meski ada berbagai komplikasi yang dapat terjadi selama kehamilan, ibu hamil tidak perlu cemas berlebihan, karena justru akan mengganggu tumbuh kembang janin dan membuatΒ janin stres. Yang penting, jagalah kesehatan dengan mengonsumsi makanan kaya nutrisi dan mencukupi waktu istirahat, serta periksakan kehamilanΒ ke dokter kandunganΒ secara rutin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like