STOP Mom Shaming, Karena #SetiapLukaPunyaCerita

Menjadi seorang Ibu tentu adalah anugerah terbesar bagi setiap wanita. Tentu perjalanan menjadi seorang ibu berbeda – beda, setiap wanita pasti memiliki ceritanya sendiri. Ada yang penuh liku, ada yang lancer tanpa hambatan. Kalau kalian tim mana nih moms ?? Kalau saya tim yang penuh liku hehe,, jadi flasback delapan tahun kebelakang sewaktu saya hamil Abang Airlangga.

Di usia kehamilan 16 minggu diketahui bahwa ari-ari menutupi jalan lahir, tapi dokter mengatakan bahwa ini masih bisa berubah seiring usia kandungan yang makin membesar semoga ari-arinya dapat bergeser dan jalan lahir tidak tertutup lagi. Dan dokter hanya memberi saran agar tidak terlalu cape karena dapat memicu pendarahan.

Sampai di usia kandungan 32 minggu posisi ari-ari masih menutupi jalan lahir, padahal semua saran dari dokter sudah dilakukan, dari mulai banyak bergerak, sering melakukan posisi sujud tapi belum membuahkan hasil. Akhirnya dokter menyarankan untuk segera tentukan tanggal saja untu jadwal operasi Caesar karena mengingat sudah mendekati HPL. Tapi saya masih ingin menunggu sampai waktunya tiba masih ada waktu 4 minggu lagi.

Akhirnya sehari setelah periksa kandungan di usia 36 minggu, sekitar jam 10 malam terjadi pendaharan. Saya langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat dan langsung persiapan operasi Caesar. Alahamdulilah.. pukul 00.15 akhirnya lahirlah Abang Airlangga. Semua rasa takut, Lelah hilang semua setelah mendengar tangisannya Abang pertama kali.

Setelah keluar dari ruang operasi saya kira semua sudah selesai , ternyata tidak feguso hahaha justru kehidupan baru sebagai seorang ibu baru saja dimulai. Pasca operasi Caesar rasanya tuh jangan ditanya mau batuk aja rasanya takut, takut bekas jahitannya kebuka lagi. Dan harus belajar duduk lagi, belajar jalan lagi, belajar menyusui sambal menahan rasa sakit jahitan bekas Caesar. Setelah 3 hari di rumah sakit akhirnya saya dan si kecil di bolehkan pulang ke rumah.

Kebetulan di keluarga besar saya, baru saya yang menjalani proses persalinan dengan operasi Caesar jadi yaa semua agak kaget juga yaa dan banyak timbulah pertanyaan-pertanyaan yang bikin esmosi jiwa.

β€œ Kenapa ko pake operasi segala, gak normal aja ?”

β€œ Biar tetep gadis terus yaa, makanya operasi ?”

β€œ Kalau belom lahiran normal mah, belum ngerasain jadi ibu yang sebenernya !”

Hellooowwww… nganterin nyawa di meja operasi, belum bisa dibilang jadi Ibu katanya. Di saat harus ngerasain jahitan yag masih cenat-cenut di tambah omongan orang yang suka gak pada tempatnya sempet bikin stress juga dan efeknya ASI jadi sedikit keluarnya.

Memahami Luka di Balik Mom-Shaming

Pastinya gak Cuma saya saja yang memiliki cerita tentang Mom-shaming seperti ini, banyak juga wanita di luar sana yang mengalami hal yang sama. Alhamdulilahnya.. saya memiliki support sistem yang baik. Dimana suami dan Ibu saya selalu menguatkan dan selalu menyuruh saya untuk fokus mengurus si kecil dan menghiraukan omongan orang. Sejak saat itu saya mulai enjoy menjalankan peran saya sebagai seorang ibu, meskipun penuh drama tapi saya menikmatinya.

Perilaku mom-shaming seperti ini memang banyak terjadi bisa berupa sindiran, komentar, kritik yang sifatnya negative di banyak hal salah satunya tentang operasi Caesar ini. Padahal operasi Caesar itu semata-mata dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya maka tidak ada yang salah untuk itu. Karena setiap wanita yang menjalani operasi Caesar, mereka harus mengalami luka yang double-double. Di #setiaplukapunyacerita yang penuh dengan sejarah.

Sebagai brand pertolongan pertama terkemuka yang telah mendampingi keluarga Indonesia dalam merawat luka selama hampir dari 100 tahun, Kembali memeperkuat komitmennya pada perlindungan keluarga Indonesia dengan menghadirkan Hansaplast Plester Bekas Luka. Hansaplast Plester Bekas Luka adalah plester transparan bereperekat yang terbuat dari polyurethane, serta telah terbukti secara klinis membantu menyamarkan, mencerahkan dan menghaluskan tampilan bekas luka dalam 8 minggu pemakaian dimana hasil pertama dapat terlihat setelah 3-4 minggu.

Bersamaan dengan peluncuran hansaplast Plester bekas Luka, Hansaplas mengadakan kampanye #setiapLukaPunyaCerita untuk mengajak para wanita khususnya para Ibu  untuk membangun kasih saying antara Ibu  dan support system-nya dengan menghilangkan stigma mengenai operasi Caesar, yang sering kali berujung kepada mom-shaming.

Hansaplast Plester Bekas Luka  mengadakan  acara  Moms & media Gathering yang diselenggarakan pada Jumat 4 maret 2022, dengan narasumber sebagai berikut :

  • Alanna Alia Hannantyas , Brand Manager Hansaplast
  • Nadia Wirantari, SpKK , Dermatovenereologist
  • Grace Eugenia Sameve, M.A, M.Psi, Psikolog
  • Conchita Caroline Rajasa, Mom Influencer

Dr. Nadia wirantari, SpKK menyampaikan bahwa penyembuhan luka merupakan proses yang alami, ada fase dan waktu yang dibutuhkan tubuh dari fase penghentian darah, peradangan, kemudian tumbuh jaringan baru (jaringan granulasi), jaringan epitel baru, kemudian luka menjadi matur, dan terjadi proses re modeling  bekas luka ( bisa sampai 1-2 tahun ). Dalam perwatan luka sendiri harus  dijaga bersih dan lembab. Dibantu dengan nutrisi yang baik agar pemulihan cepat dan dapat menggunakan Plester bekas luka untuk memperbaiki rampilan bekasnya. Plester bekas luka yang digunakan harus sesuai peruntukannya dengan keadaan luka, menempel dengan baik, nyaman dipakai, dan tidak menyebabkan iritasi/alergi.

Bekas luka baik di area tubuh yang terbuka maupun tertutup seringkali membuat orang tidak nyaman sehingga mempengaruhi kepercayaan diri mereka . Menjawab akan kebutuhan tersebut, kami menghadirkan inovasi terbaru hansaplas Plester Bekas Luka. Hansaplast plester Bekas Luka dirancang untuk membangun penghalang semi-oklusif yang meningkatkan hidrasi jaringan parut. Plester ini dapat meningkatkan suhu di jaringan parut, membantu mengaktifkan proses regenerasi kulit, dan mendukung pembentukan ulang bekas luka. Bekas luka menjadi lebih rata, lebih cerah dan lebih halus, ujar Alanna Alia Hannantyas (Brand Manager Hansaplast).

Dan Hansaplast Plester Bekas Luka ini memiliki 3 manfaat, yaitu :

  1. Meratakan bekas luka
  2. Menghaluskan bekas luka
  3. Mencerahkan bekas luka

Dan Psikolog Grace Eugenia Sameve, M.A M.Psi menjelaskan kalau Mom-sahaming kerap terjadi karena adanya perbedaan pandangan terhadap cara asuh yang dianggap benar. Meskipun kerap terjadi secara online (di forum diskusi parenting), sebenarnya mom-shaming lebih sering terjadi di lingkungan keluarga dan kerabat sendiri, interaksi umumnya intens dan tak terhindari.

Mom-shaming tidak selalu hadir dalam bentuk komentar yang tidak menyenangkan, namun seringkali juga dari pertanyaan yang tidak sengaja telah menghakimi pilihan seorang Ibu seperti mengapa tidak bisa bersalin secara alami? Padahal, seorang ibu baru justru sedang sangat membutuhkan dukungan dari support system mereka dalam menjalani fase baru di kehidupannya.

Dalam keadaan seperti ini suami memiliki peran yang sangat penting untuk menjadi support  utama para istri. Bisa berbagi tugas atau hanya mendengarkan keluh kesah sang istri. Dengan adanya support dari suami tentu sang istri tak akan merasa sendirian. Tetap saling jaga komunikasi itu yang penting.

Conchita Caroline Raja ( Mom Influencer ) juga membagikan ceritanya β€œ Sayangnya masih banyak stigma negative mengenai proses perslinan Caesar yang tidak jarang menjadi mom-shaming untuk para ibu. Padahal memiliki luka Caesar bukanlah sesuatu yang memalukan atau membuat ibu tidak cantik lagi, melainkan sebuah souvenir bukti cinta ibu yang luar biasa untuk bertemu buah hatinya. Meskipun aku tidak menyesali luka pasca operasi caesarku, bekas luka tetaplah butuh perawatan. Untuk perawatan luka pasca Caesar, aku menggunakan hansaplast Plester Bekas luka yang telah terbukti dapat membantu menyamarkan dan mengahaluskan bekas luka. β€œ

Semoga dengan adanya kampanya #SetiapLukaPunyaCerita, Hansaplast bisa turut memudarkan stigma ibu yang melakukan operasi Caesar bukanlah ibu yang seutuhnya. Kami ingin β€œluka” para ibu sembuh secara fisik dan emosional, agar ia lekas Kembali nyaman dengan diriny sendiri dan menghargai setiap jejak perjalanan hidupnya.

Semoga  kita sesama wanita dan sesama para ibu dapat saling support satu sama lain, agar tidak ada lagi mom-shaming yang dapat menyakiti hati para ibu di luar sana.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like