Seperti yang kita ketahui, musim kemarau tahun ini terjadi cukup panjang. Banyak daerah-daerah di Indonesia yang dilanda kekeringan. Kemarau yang berkepanjangan, banyak membuat masyarakat kesulitan. Apalagi untuk daerah-daerah yang memiliki maqta pencahartian sebagai petani, kekeringan merupakan hal yang sangat ditakuti. Tak terkecuali salah satu desa di DI Yogyakarta yaitu Desa Sojomerto Kidul , Sidomulyo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.
Masyarakat Salaman yang sebagian besar adalah petani bibit yang ramainya hanya di musim penghujan saja. Jika dimusim kemarau seperti ini para petani di Salaman mengalami kesulitan. Salah satunya yaitu Pak Imam Sudrajat , yang sehari-harinya sebagai petani bibit. Di musim kemarau ini, pendapatan Pak Drajad (panggilan Pak Imam Sudrajat) menurun dratis.
Alhamdulilahnya.. Pak Drajad merasa terbantu ketika ada Program Wakaf Produktif di Dompet Dhuafa berjalan di Salaman, Magelang. Ini bukan yang pertama kali program wakaf produktif yang di inisiasi oleh Dompet Dhuafa, sebelumnya Dompet Dhuafa juga membuat wakaf produktif di daerah Gunungkidul, DI Yogyakarta.
Lahan Produktif Gunung Kidul
Lahan wakaf produktif yang ada di Gunungkidul, ditanami oleh lidah buaya. Dan tak disangka hasilnya sangat diluar ekspetasi. Dengan menanam lidah buaya, perekonomian para petani di Gunungkidul bisa dibilang meningkat. Lidah buaya yang sudah dipanen dijadikan minuman aloe dan banyak produk turunannya lalu dipasarkan di toko oleh-oleh yang ada di daerah Jogyakarta.
Melihat perkembangan penjualan hasil dari budidaya lidah buaya di Gunungkidul dan tingginya permintaan minuman aloe di toko oleh-oleh, akhirnya untuk memenuhi bahan baku lahan wakaf produktif yang ada di Salaman, Magelang diputuskan untuk ditanami lidah buaya juga.
Dengan kondisi tanah yang jauh lebih baik dari di Gunungkidul, asumsinya budi daya lidah buaya di Salaman juga akan memberikan hasil yang lebih baik lagi. Dari total 1600 m tanah, hanya 600 m yang baru ditanami oleh lidah buaya. Dalam waktu 7 bulan lidah buaya yang ditanam sudah dapat dipanen sebagai bibit dan dapat ditanami kembali di 1000 meter lahan sisanya.
Potensi Tanaman Lidah Buaya
Tanaman lidah buaya ini bisa dipanen satu hingga dua kali daslam sebulan , dengan asumsi sekali panen bisa meraup omzet sebesar 900 ribu per 600 meter persegi. Untuk pembagian profitnya sebesar 60 persen untuk pengelola dan 40 persen untuk dikembalikan lagi untuk pengembangan kelompok tani di wilayah tersebut.
Pak Imam Hidayat, selaku SPV Ekonomi Dompet Dhuafa Yogyakarta berharap,ketika melihat hasilnya nanti, masyarakat setempat akan mau bergabung untuk budidaya lidah buaya. Kedepannya akan dibuat sentra produksi di sini dan melihat prospek untuk toko oleh-oleh di Magelang dan sekitarnya.
Sedangkan menurut lokal hero (Pak Drajad), budi daya lidah buaya ini lebih mudah dan menjanjikan karena panennya bisa satu hingga dua kali dalam satu tahun dibandingkan dengan buah lain di musim penghujan. Selain itu perawatnnya juga mudah karena minim penyakit. Pak Drajat pun sudah mengedukasi para warga agar lebih mengenal tanaman lidah buaya ini, karena sejujurnya budidaya lidah buaya lebih menguntungkankan dibandingkan petani bibit.
Beberapa warga juga sudah menunjukkan ketertarikkannya untuk budi daya lidah buaya dan menunggu hasil dari lidah buaya yang ditanam saat ini. Semoga kedepannya budi daya lidah buaya ini dapat berjalan lancar di Desa Sojomerto Kidul, Salaman ini sehingga dapat membantu meningkatkan pendapatan para petani yang ada di Desa Sojomerto Kidul, Salaman.
Semoga program lahan wakaf produktif dari Dompet Dhuafa bisa semakin meluas ke berbagai wilayah di Indonesia, sehingga semakin banyak masyarakat yang terbantu dengan program-program tersebut.