Memiliki cita-cita sejak kecil dan bisa terwujud ketika kita besar adalah sesuatu hal yang luar biasa. Begitu juga dengan Marsellinus Wellip, yang memiliki cita -cita ingin menjadi seorang perawat atau mantri sejak kecil.
Bukan tanpa alasan Marsel kecil ingin menjadi seorang matri, berawal dari ketika melihat sang ayah dirawatย dengan tulus dan tanpaย pamrih ketika sakit oleh seorang mantri. Sejak itulah Marsel bertekad untuk menjadi mantri, agar bisa melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh mantri kepada ayahnya.
Tentu bukanlah hal yang mudah, mewujudkan keinginan mulianya itu. Tetapi Marsel tidak mengenal lelah untuk terus berjuang mewujudkan mimpinya tersebut.
sumber gambar SATU Indonesia Awards
Marsel memiliki keinginan mulia, ketika sudah menjadi seorang mantri, ia mau mengabdi di desanya yaitu daerah Distrik Towe, Kabupaten Keerom, Papua. Karena di daerah tersebut masih minim sekali tenaga kesehatan dan masyarakatnya masih sangat tradisional sekali sehingga pemahamannya tentang pengobatan medis masih sangat minim.
ย Perjuangan Sang Mantri
Masyarakat di daerah tersebut masih memakai pengobatan tradisional dan masih percaya kalau pengobatan tradisional masih sangat efektif dibandingkan pengobatan medis. Di sinilah perjuangan Marsel dimulai, bukan hanya mengabdi sebagai tenaga kesehatan saja, tetapi Marsel juga memberikan edukasi kepada masyarakat.
Meskipun berat tetapi Marsel tidak menyerah. Karena tekadnya sudah bulat, untuk mengabdikan dirinya kepada masyarakat di daerah Distrik Towe, Kabupaten Keerom, Papua , apa yang sudah Marsel mulai membuat dirinya menjadi tenaga kesehatan pertama yang ada di daerah tersebut.
sumber gambar SATU Indonesia Awards
Di daerah tempat Marsel mengabdikan dirinya benar-benar memiliki tantangan yang luar biasa. Disini akses jalan sangat terbatas, infrastrukturย maupun fasilitas medis juga masih sangat terbatas dan belum memadai.
Tetapi meskipun keadaannya sulit, Marsel tidak pantang menyerah untuk tetap melanjutkan pengabdiannya. Marsel mengabdikan dirinya kepada 1900 jiwa wargaย Distrik Towe, Kabupaten Keerom, Papua, yang terbagi di 7 kampung yaitu Kampung Towe Hitam, Towe Atas, Bias, Lules, Terfones, Tefalma dan Miliki.
Tujuh Kampung ini jaraknya juga bukan yang berdekatan, melainkan memiliki akses yang sulit untuk dijangkau. daa yang melewati hutan tropis, menyeberang sungai, bahkan Marsel pernah berjalan kaki selama empatย hari untuk memcapai kampung yang ia tuju.
Akses jalan yang sulit, tidak membuat Marsellinus berhenti di situ. Dia menjadikan tantangan da rintangan yang ia lalui denga semangat yang lebih gigih demi dapat melayani masyarakat dengan pelayanan kesehatan.
Posyandu Dan Penyuluhan Hidup Sehat
ย Marsellinus terus melakukan pendekatan kepada masyarakat, memberikan pengertian bahwa pengobatan medis juga penting dan dibutuhkan di samping pengobatan tradisional.
Marsellinus juga melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan bergabung ke aktivitas keseharian masyarakat agar dapat memberikan penyuluhan tentang pentingnya hidup sehat, imunisasi dan juga Posyandu.
Karena semangat melayani masyarakatnya sangat tinggi, Marsellinus akhirnya memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya ke Akademi Poltekkes Jayapura, agar ilmu yang ia dapatkan bisa dibagikan kembali ke masyarakat di Distrik Towe, Papua.
sumber gambar canvapro papibunda
Semangat berbagi dan pengabdian yang dimiliki oleh Marsellinus tentu patut diacungi jempol. Marsellinus tidak peduli dengan segala rintanganย yang ia hadapi ketika memutuskan untuk mengabdikan dirinya untuk masyarakat di daerah terpencil.
Tentu kegigihan dan keuletan dari Marsellinus ini bisa menjadi contoh bagi generasi muda di Indonesia. Apabila kita sudah memiliki tekad yang kuat untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan, sebesar apapun rintangan dan hambatannya pasti bisa dilewati dengan baik.
Berkat pengabdiannya tersebut, Marsellinus terpilih menjadi salah satu penerima penghargaan SATUย Indonesia Award yang diberikan oleh Astra Indonesia sebagai bentuk apresiasi dan dukungan untuk sang pahlawan kesehatan.