Pagelaran Wayang Memperingati Puncak Peringatan 100 Tahun Bapak Antropologi Indonesia

Siapa yang tak kenal dengan Pak Koen? Sosok utama yang sangat berjasa mendirikan dasar-dasar ilmu Antropologi Indonesia dan dari sinilah beliau akhirnya mendapat julukan sebagai Bapak Antropologi Indonesia. Pak Koen benar-benar mendedikasikan hidupnya untuk perkembangan Ilmu Antropologi, Pendidikan Antropologi dan segala sudut pandang yang berkaitan dengan kebudayaanΒ  dan kesukubangsaan di Indonesia.Β 

koleksi perangko Koentjaraningrat

Prof. Dr. Koentjaraningrat mengemukakan bahwa kebudayaan Indonesia atau unsur-unsur budaya adalah sistem gagasan dan rasa, sebuah Tindakan serta karya yang dihasilkan oleh manusia yang di dalam kehidupan yang bermasyarakat. Tujuh macam unsu-unsur budaya menurut Pak Koentjaraningrat, antara lain :

    1. Unsur-unsur budaya berupa bahasa
    2. Unsur-unsur budaya berupa pengetahuan
    3. Unsur-unsur budaya berupa organisasi social
    4. Unsur-unsur budaya berupa peralatan hidup dan teknologi
    5. Unsur-unsur budaya berupa ekonomi
    6. Unsur-unsur budaya berupa religi
    7. Unsur-unsur budaya berupa kesenian

Tentunya ini sudah nggak asing lagi, buat kalian yang sewaktu kuliah sudah kenal dengan sosok Pak Koen.

Mengenal Lebih Dekat Pak Koentjaraningrat

Lahir di Yogyakarta pada tanggal 15 Juni 1923, Pak Koen terlahir dari keluarga bangsawan dalam lingkungan Keraton Paku Alaman, dengan gelar Kanjeng Pangeran Haryo. Saat muda Pak Koen sering menghabiskan waktunya bermain di lingkungan Keraton, dan disitulahΒ  Pak Koen mendapatkan pengaruh dengan kentalnya Seni dan Kebudayaan Jawa.

Pak Koen menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Sastra Universitas Indonesia, jurusan Bahasa Indonesia pada tahun 1953. Kemudian meraih gelar Master of Arts bidang Antropologi, dari Yale University pada 1956 dan meraih gelah Doktor antropologi di Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada 1958.Β 

koleksi sketsa KoentjaraningratΒ Β 

Pada perjalanannya Pak Koen merintisΒ  berdirinya 11 jurusan Antropologi di berbagai Universitas di Indonesia serta aktif mengajar dan menulis banyak hal berkaitan dengan Kebudayaan dan Pembangunan di Indonesia sejak 1957 yang dituangkan dalam 22 buku dan lebih dari 200 artikel di berbagai makalh ilmiah.

Dan berkat dedikasinya pada perkembangan Ilmu Antropologi di Indonesia Pak Koen banyak menerima berbagai penghargaan antara lain :

  • Penghargaan Ilmiah Doctor Honoris Causa dalam Ilmu-Ilmu Sosial dari Rijksuniversiteit Utrecht, Negeri Belanda pada tahun 1978
  • Penerima Grand Prize dari 6th Fukuoka Asian Cultural Prizes pada 1955
  • Penerima anugerah Satyalencana Dwidja Sistha dari Menteri Pertahanan dan Keamanan Republik Indonesia pada tahun 1968 dan tahun 1982

Karya-karya beliau sampai saat ini masih menjadi acuan penelitian social budaya dan masyarakat Indonesia, baik oleh para ilmuwan Indonesia maupun asing. Dan melalui tulisannya Pak Koen juga menyampaikan betapa pentingnya mengenai masyarakat dan budaya bangsa sendiri. Tak hanya itu hingga saat inipun buah pemikiran dan hasil karya beliau masih menjadi buku wajib baca bagi para mahasiswa Antropologi Indonesia seperti β€œPengantar Antropologi Indonesia”.

Acara Puncak Pagelaran Wayang β€œGatutkaca Dapat Beasiswa” (Gatutkaca Kinomartan)

Dalam rangka 100thΒ  Koentjaraningrat, keluarga besar Koentjaraningrat mengadakan serangkaian acara dimulai dengan acara Pameran Lukisan, Koleksi seni serta karya tulis ilmiah Bapak Antropologi Indonesia, Diskusi Ilmiah dan akan ditutup dengan pementasan Wayang Orang Bharata.

Acara ini berlangsung di Bentara Budaya Jakarta dari tanggal 8 – 15 Juni 2023. Dan untuk acara penutupan kemarin diadakan Pagelaran Wayang Orang dari Sanggar β€˜SUKO RENO SEKARING BUDHAYA’ yang disutradarai oleh Ibu Surip Handayani yang menampilkan 16 penari dan 13 Tim Karawitan.Β 

Cerita yang diangkat dalam pagelaran wayang orang kali ini adalahΒ  tentang perjalanan hidup Raden gatutkaca yang penuh dengan perjuangan dan dedikasi kepada bangsa dan negaranya melalui jalur Pendidikan social dan budaya. Awal cerita lahirlahΒ  jabang tetuko (sebutan lain Raden Gatutkaca) dari sepasang orang tua yang penuh dengan cinta kasih. Kelahiran jabang bayi disambut oleh Dewa yang turunΒ  dari kahyangan karena melihat potensi jabang bayi tersebut adalah seorang anak yang sakti.

Dengan perintah Dewa, jabang bayi tersebut dimasukkan ke Kawah Candradimuka hingga dalam sekejap jabang bayi membesar dan kuat lalu diutus menumpas angkara murka yang mengganggu ketenangan Kahyangan. Lalu jabang bayi tersebut diberi nama Raden Gatutkaca, bocah sakti tersebut mampu menumpas para raksasa hingga mendapatkan anugerah dari Raja dewa, diberikan kekuasaan menjadi Raja Kahyangan selama 3 tahun.

Namun tidak hanya itu Raden Gatutkaca disarankan untuk lebih memperdalam ilmu dan memperkaya kekuatan dengan berguru pada Anoman (penggambaran 4 warna sifat manusia) sehingga berhasil mendapatkan beasiswa dari AMINEF/FULBR.

Sungguh menarik sekali Pangelaran Wayang Orang yang dipersembahkan di acara penutupan acara Memperingati 100th Bapak Koentjaraningrat sebagai Bapak Antropologi Indonesia. Semoga acara seperti ini dapat terus dilakukan karena dapat menjadi wadah untuk mengenalkan kebudayaan Indonesia kepada masyarakat luas.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like