Memiliki anak tentunya merupakan anugerah yang membahagiakan bagi setiap orang tua. Namun, ibu muda sering merasa resah ketika mengetahui bahwa dirinya hamil lagi saat masih menyusui. Bisakah Bunda tetap menyusui saat hamil?
Banyak ibu menyusui yang merasa cemas saat mengetahui dirinya sedang hamil lagi. Alasannya beragam, bisa karena masih kerepotan mengurus anak, masih trauma akibat kehamilan dan persalinan terakhir, atau khawatir keguguran bila tetap menyusui saat hamil.
Memang banyak mitos menakutkan tentang bahaya menyusui saat hamil, yang membuat ibu hamil akhirnya memutuskan untuk berhenti menyusui. Padahal, mitos-mitos tersebut belum tentu benarΒ lho, Bun.Β Yuk,Β kita kupas satu per satu mitos mengenai menyusui saat hamil.
Mitos vs Fakta MenyusuiΒ saat Hamil
Berikut ini adalah beberapa mitos atau anggapan yang kurang tepat terkait menyusui saat hamil beserta penjelasan untuk meluruskannya:
MitosΒ #1: menyusui saat hamil menyebabkan keguguran dan persalinan prematur
Saat menyusui, tubuh memproduksiΒ hormon oksitosinΒ yang berfungsi untuk mendorong keluarnyaΒ air susu ibu (ASI)Β dari kalenjar payudara. Hormon oksitosin ini juga berperan menimbulkan kontraksi rahim saat persalinan. Itulah sebabnya, muncul anggapan bahwa menyusui dapat menyebabkan keguguran.
Namun sebenarnya, jumlah hormon yang dikeluarkan selama menyusui jauh lebih sedikit dibandingkan saat bersalin, sehingga risiko untuk terjadinya keguguran dan persalinan prematur sangat kecil.
Saat menyusui dalam keadaan hamil, perut Bunda memang dapat terasa sedikit kencang atau agak mulas. Tetapi selama hal tersebut hanya dirasakan sesaat saja dan dapat hilang dengan sendirinya, Bunda bisa terus menyusui.
Mitos #2:Β pertumbuhan janinΒ terhambatΒ jikaΒ ibuΒ hamilΒ menyusui
Anggapan ini beredar karena dugaan bahwa nutrisi dari makanan ibu lebih banyak tersalurkan ke dalam ASI, sehingga janin akan mengalami kekurangan nutrisi dan gangguan tumbuh kembang.
Memang belum ada penelitian yang menjelaskan pengaruh ibu hamil menyusui terhadap pertumbuhan bayi setelah lahir. Namun dari penelitian yang sudah ada, terlihat bahwa menyusui selama hamil tidak memengaruhi berat badan janin.
Jika khawatir pertumbuhan janin terganggu, Bunda bisa berhenti menyusui saat kehamilan sudah memasuki trimester ketiga, karena di trimester ini, janin mengalami pertambahan berat badan yang paling banyak.
Mitos #3: air susuΒ jadiΒ berkurangΒ saatΒ hamil
Selama kehamilan, tubuh Bunda akan terus meningkatkan produksiΒ hormon estrogenΒ untuk mempertahankan janin dalam rahim. Namun di sisi lain, estrogen juga dapat menurunkan produksi ASI.
Selain itu, menjelangΒ trimester ketiga, ASI perlahan berubah menjadi kolostrum untuk persiapan menyusui bayi yang akan lahir. Hal ini dapat membuat rasa ASI juga berubah, sehingga Si Kakak mungkin akan berhenti menyusu karena tidak suka dengan rasanya.
Frekuensi menyusui juga dapat berkurang karena rasa nyeri pada puting dan payudara Bunda akibat perubahan hormon selama kehamilan. Bila frekuensi menyusui berkurang, maka produksi ASI juga akan ikut berkurang, karena produksi ASI bergantung pada seberapa sering Bunda menyusui.
Jika produksi ASI sudah menipis dan Si Kakak sudah berusia 6 bulan, Bunda bisa memberikannyaΒ MPASIΒ untuk melengkapi asupan nutrisi, dan susu formula yang diperkayaΒ zat besiΒ sebagai pengganti ASI.
Sedangkan bila produksi ASI menipis saat Si Kakak belum berusia 6 bulan, sebaiknya Bunda berkonsultasi dengan dokter spesialis anak mengenai asupan tambahan yang dapat diberikan untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya.
Mitos #4: ibuΒ akanΒ kekurangan nutrisi jika tetap menyusui saat hamil
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang menyusui dapat mengalami penurunan cadangan lemak, hemoglobin (sel darah merah), dan berat badan. Namun, hal ini dapat diatasi dengan asupan makanan bergizi yang cukup serta konsumsiΒ suplemen prenatalΒ secara rutin, sejak kehamilan trimester pertama.
Di trimester pertama kehamilan, Bunda bisa mengalami penurunan nafsu makan, mual, muntah, dan lemas. Berbagai keluhan tersebut memang dapat membuat Bunda jadi malas makan. Namun, usahakan untuk tetap makan ya, Bun, supaya kebutuhan gizi janin, bayi yang disusui, maupun tubuh Bunda sendiri dapat tercukupi.
Jika Bunda mengalami mual dan muntah yang sangat berat hingga tidak bisa makan atau minum sama sekali, bahkan hingga pingsan, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter.
Dari penjabaran di atas, bisa disimpulkan bahwa menyusui selama kehamilan umumnya aman dilakukan. Namun, ada beberapa kondisi di mana ibu hamil sebaiknya berhenti menyusui, yaitu:
- Kehamilan berisiko tinggi.
- Terdapat risikoΒ persalinan prematur.
- Kehamilan kembar.
- Dianjurkan dokter untuk menghindari hubungan intim selama kehamilan.
- Terdapat keluhan nyeri perut bawah atau perdarahan dari jalan lahir.
Jika mengalami kondisi tersebut, Bunda dianjurkan berkonsultasi denganΒ dokter kandunganΒ untuk menentukan perlu-tidaknya berhenti menyusui. Namun jika Bunda tidak memiliki berbagai kondisi di atas, cobalah pertimbangkan pola menyusu Si Kakak, usianya, serta efek psikologisnya bila ia disapih, sebelum memutuskan untuk berhenti atau lanjut menyusui.