Ada beragam jenis komplikasi kehamilan yang dapat mengintai ibu hamil. Salah satunya adalah mirror syndrome. Kendati jarang terjadi, mirror syndrome merupakan kondisi berbahaya yang dapat berakibat fatal bila terlambat dideteksi.
Bagi calon orang tua, kelahiran buah hati merupakan momen yang ditunggu-tunggu. Tak heran jika para ibu hamil sangat berusaha untuk menjaga kesehatan bayi dan dirinya dengan cara mengonsumsi makanan yang sehat, minum vitamin prenatal, dan juga rutin melakukan pemeriksaan kehamilan. Namun, hal tersebut tidak menjamin bahwa ibu hamil bisa terbebas dari ancaman mirror syndrome.
Gejala Mirror Syndrome
Secara medis, mirror syndrome dikenal sebagai Ballantyne syndrome atau triple edema. Alasan sindrom ini disebut dengan sindrom “cermin” adalah karena gejala pada janin dan sang ibu memiliki kesamaan, yakni sama-sama mengalami pembengkakan. Tubuh janin mengalami pembengkakan akibat kelebihan cairan, dan di saat yang sama, tubuh ibu hamil juga membengkak karena mengalami preeklamsia.
Secara umum, gejala yang dialami oleh ibu hamil dengan mirror syndrome sangatlah mirip dengan gejala preeklamsia, yaitu:
- Tekanan darah tinggi.
- Pertambahan berat badan secara berlebihan dalam waktu yang singkat.
- Adanya protein dalam urine.
Pada kondisi ini, ditemukan juga peningkatan kadar plasma darah, sementara sel darah merah menurun jumlahnya. Hal tersebut membuat darah menjadi lebih encer. Kondisi yang dikenal dengan istilah hemodilusi ini hanya bisa diketahui jika ibu hamil melakukan pemeriksaan darah.
Penyebab dan Penanganan Mirror Syndrome
Penyebab mirror syndrome masih belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, kondisi ini biasanya berkaitan dengan hidrops fetalis, yaitu kondisi di mana janin mengalami kelebihan cairan tubuh, seperti di bawah kulit, perut, serta di sekitar jantung dan paru-paru. Ketika hidrops fetalis menyebabkan preeklamsia, maka terjadilah mirror syndrome.
Hidrops fetalis sendiri dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti adanya masalah genetik dan jantung, gangguan metabolisme, anemia, atau infeksi. Selain itu, hidrops fetalis juga dapat disebabkan oleh twin-to-twin transfusion syndrome (TTTS) yang menyerang ibu hamil bayi kembar.
Pada kondisi ini, janin kembar identik harus berbagi aliran darah dari satu plasenta, sehingga aliran darah di antara kedua janin menjadi tidak sama. Salah satu janin jadi kekurangan pasokan darah, sementara yang lainnya kelebihan.
Pengobatan mirror syndrome sangat bervariasi, tergantung pada penyebab hidrops fetalis dan tingkat keparahan preeklamsia ibu hamil. Semakin cepat faktor pemicu hidrops fetalis diketahui, maka semakin besar peluang janin untuk selamat.
Jika preeklamsia yang dialami ibu hamil sudah sangat serius, maka persalinan lebih awal mungkin akan dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu. Setelah dilahirkan, bayi akan dirawat di ruang NICU untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Bagi Anda yang sedang hamil, penting untuk menjalani pemeriksaan kehamilan secara rutin, USG, tes urine, dan tes darah guna mengetahui kondisi kesehatan Anda dan janin. Jika mengalami keluhan selama hamil, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter kandungan.