Masalah kesehatan mental atau kejiwaan menjadi salah satu dampak merugikan dari pandemi ย ย Covid 19. Munculnya pandemi menimbulkan stress pada berbagai lapisan masyarakat. Meskipun sejauh ini belum terdapat ulasan sistematis tentang dampak Covid 19 terhadap kesehatan jiwa. Kondisi kesehatan masyarakat terkait penularan virus corona dibagi menjadi orang tanpa gejala, orang dengan gejala ringan sampai bergejala berat.
Sejak pandemi ini banyak sekali orang mengalami masalah kesehatan jiwa yang disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa waktu lalu dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia Kementrian Kesehatan mengadakan Webinar dengan mengambil tema Mental Health in an Unequal Worldย : Kesetaraan dalam Kesehatan Jiwa untuk Semuaโ. Beberapa narasumber yang hadir :
- dr. Celestinus Eigya Munthe.Sp.KJ.MARS (Direktur P2 Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza)
- Dr. Satti Raja Sitanggang, Sp.KJ – PDSKJI
- Dr. Indria Laksmi Gamayanti, M.Si., Psikolog – Ketua Umum PP Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (IPK Indonesia)
- Bagus Utomo – Ketua Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI).
- Romanus Ndau –ย Komisi Informasi Publik RI.
Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, spiritual, mental dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Kesehatan jiwa akan berpengaruh pada psikologi, biologi dan sosial. Memelihara kesehatan jiwa berarti, memastikan mereka yang sehat dapat menjalani kehidupan penuh arti (wellbeing), mereka yang berisiko ditangani dini dan mereka yang sakit (illness) mendapatkan pengobatan paripurna. Gangguan jiwa dapat terjadi pada usia muda sehingga mengakibatkan penurunan produktivitas, kehilangan kualitas hidup, dan pengobatan kronis. Upaya promotif preventif kesehatan jiwa:
- Konseling pra nikah
- Parenting skills training
- Social skills training
- Bullying prevention
- Suicide prevention
- Sex education
- Management stress
- Pencegahan penyalahgunaan Napza.
1 dari 4 orang pernah mengalami masalah kesehatan jiwa selama hidup. Masalah kesehatan jiwa di Indonesia antara lain karena terbatasnya akses layanan, stigma & diskriminasi, kesenjangan pengobatan dan pravelansi tinggi. Orang yang terganggu kesehatan jiwanya ada yang dipasung dan sejak tahun 2010 Indonesia bebas pasung terus meningkat.
Masalah kesehatn jiwa tentu sangat penting sekali untuk diperhatikan, jika diketahui sejak dini tentu ini bisa diantisipasi. Entah kenpa mengunjungi psikiater masih dianggap tabu saat ini, padahal masalah kesehatn jiwa ini merupakan masalah yang sangat penting karena lukanya tidak terlihat dan hanya orang-orang yang ahli di bidangnya yang mampu mengenalinya. Banyak sekali orang yang gak menyadari kalau dirinya itu “sakit” bukan sakit secara fisik tapi sakit secara mental.
Di Indonesia sendiri dari data riset kesehatan dasar kementrian kesehatan , prevelensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai 14 juta orang. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat seperti skizofrenia mencapai 400.000 orang. Masalah kesehetan jiwa ini menjadi masalah besar, karena menurut WHO pada 2016 terdapat 35 juta orang terkena depresi, 47,5 juta orangย terkena dimensia, 60 juta orang terkena bipolar dan 21 juta orang terkena skizofernia.
Gak nyangka yaa kalau masalah kesehatan mental ini begitu serius, melihat data yang ada tentu ini gak bisa dipandang sebelah mata. Saat ini masih banyak sekali orang yang menganggap ODGJ itu adalah aib bahkan sampah. Dan gak sedikit juga para ODGJ ini dibuang oleh keluarganya sendiri. Padahal ODGJ pun berhak sembuh dan penerima pengobatan yang layak pastinya. Saat ini pun pemerintah mulai meningkatkan akses pelayanan dan bersinergi dengan berbagai pihak. Beberapa puskemas yang ada di Indonesia sudahย memiliki layanan kesehatan jiwa yang ditanggung oleh BPJS.
Masyarakat dapat memanfaatkan fasilitas ini, jika merasa butuh pertolongan ahli lebih baik langsung datang ke fasilitas kesehatan agar segera tertangani. Tentu masalah kesehatan jiwa ini menjadi masalah bersama, orang yang memiliki masalah kesehatan jiwa membutuhkan support sistem yang kuat sehingga dapat membantu dalam proses kesembuhannya kelak. Dan orang yang sudah sembuh dari masalah kesehatan jiwanya berhak mendapatkan kesempatan yang sama seperti yang lainnya. Sehingga mereka bisa kembali ke masyarakat dengan rasa percaya diri tanpa harus takut dikucilkan.
Sekali lagi selamat hari Kesehatan Mental Sedunia, semoga kita semua selau dalam keadaan sehat jiwa dan raga, Aamiin.