Saat ini pandemi sedang terjadi di seluruh dunia, di Indonesis sudah hampir 9 bulan pandemi terjadi dan belum ada tanda-tanda kalau pandemi akan segera pergi. Entah sampai kapan pandemi ini akan berakhir, belum ada yang bisa menjawabnya dengan pasti. Oleh karena itu kita harus menjaga kesehatan secara ekstra dari biasanya, apalagi buat para orang tua yang memiliki anak-anak yang masih balita tentu ini juga menjadi pekerjaan rumah yang tidak mudah.
Karena anak-anak masih sulit di beri pengertian layaknya orang dewasa, salah satunya ialah dengan menjaga daya tahan tubuh anak-anak agar tetap selalu fit, bagaimana caranya?? tentu dengan memberikan asupan gizi seimbang yang mengacu pada isi piringku. Jika ingin asupan tambahan pemberian susu sangat disarankan sebagai asupan tambahan. Oiya..moms susu yang aku bahas di sini adalah susu pertumbuhan ya BUKAN susu kental manis, karena ternyata masih banyak ibu di luaran sana masih memberikan susu kental manis kepada balitanya.
Duh.. dengernya sebenernya sedih banget, karena adanya fakta ini Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bekerja sama dengan PP Muslimat NU dan PP Aisyiyah mengadakan Konferensi Pers Virtual Hasil Penelitian melalui zoom meeting pada hari Jumat 11 Desember 2020 dengan tema ” Iklan dan Tayangan TV sebabkan Ibu Memberikan Kental Manis Untuk Minuman Anak”. Dalam zoom meeting kali ini menghadirkan para narasumber yang ahli dibidangnya, yaitu :
- Arif Hidayat SE, MM, Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI)
- Dra Chairunnisa M.Kes, Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah
- Dr Erna Yulia Soefihara, Ketua Bidang VII, PP Muslimat NU
- Dr Tria Astika Endah Permatasari, SKM.MKM, Dosen Prod.Gizi, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
Pemaparan pertama dilakukan olehΒ Β Dr Tria Astika Endah Permatasari, SKM.MKM, Dosen Prod.Gizi, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, materi yang disampaikan adalah bahaya susu kental manis apabila diberikan sebagai asupan kondisi utama yang akan berdampak pada kesehatan balita apalagi di tengah kondisi pandemi seperti ini. Berikut fakta-fakta tentang kental manis, yaitu:
- SKM mengandung gula sekitar 40-50%
- Kadar gula yang tinggi pada susu kental manis meningkatkan risiko diabetes dan obesitas
- Asupan gula yang berlebihan akan merusak gigi anak
- Kandungan gizi SKM lebih rendah dibandingkan jenis susu lainnya
- kalsium dan protein SKM lebih rendah daripada susu bubuk atau susu segar
melihat fakta-fakta diatas sudah jelas mengapa susu kental manis tidak bolehΒ diberikan kepada balita sebagai susu pertumbuhan. Pemberian susu untuk anak harus disesuaikan dengan kategori usianya. Untuk bayi usia 0-6 bulan pemberian ASI eksklusif sangat dianjurkan, karena zat gizi yang dibutuhkan bayi usia 0-6 hanya ASI. ASI merupakan kandungan terbaik untuk anak. Dan untuk usia 6-9 bulan pemberian ASI tetap dilakukan hingga usia 2 tahun dengan didampingi Makanan Pendamping ASIΒ yang sehat dan bergizi.
Hasil penelitianΒ menyebutkan jika susu kental manis dijadiakan asupan makanan utama dan di konsumsi lebih dari satu gelas perhari maka balita akan mengalami undernutrition dan juga overnutrition. Undrnutrition apabila orang tua merasa anak sudah cukup gizi hanya dengan konsumsi kental manis saja, lalu tidak memperhatikan asupan gizi lainnya. Sedangkan overnutrition apabila anak mengkonsumsi kental manis dengan porsi yang banyak dan juga mengkonsumsi cemilan lainnya sehingga tidak terkontrol.
Selanjutnya pemaparan dari Bapak Arif Hidayat SE,MM, Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI). Bapak Arif memaparkan tantang gizi buruk, gizi buruk di sini disebabkan karena konsumsi kental manis pada balita dan anak-anak. Masih banyak sekali orang tua yang memberikan kental manis pada anak mereka, padahal dampak buruknya bisa berkepanjangan seperti gizi buruk, stunting, dan masih banyak lagi dampak lainnya. yang sebenarnya susu kental manis hanya boleh digunakan sebagai topping makanan atau minuman.
Dari hasil penelitian yang dilkukan YAICI, menemukan sumber kesalahan dari presepsi para Ibu, sekitar 48% Ibu mengakui bahwa kental manis sebagai minuman untuk anak dan sebanyak 16,5% mengatakan bahwa mendapatkan informasi tersebut dari tenaga kesehatan. Informasi ini Ibu ketahui dari Televisi, majalah dan koran. Hasil penelitian lagi yang dilakukan YAICI, bersama PP Muslimat NU dan PP aisyiyah yang dilakukan di bulan Januari terkait tentang kental manis. Dengan total responden sebanyak 2.068 Ibu yang memiliki anak usia 0-59 bulan atau 5 tahun yang tersebar di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, NTT dan Maluku.
Hasilnya ditemukan 28,96 persenΒ dari total responden menyatakanΒ bahwa kental manis adalah susu pertumbuhan. Dan sebanyakΒ 16,97 ibu memberikan kental manis pada anaknya setiap hari. Sebanyak 23,9% usia 2-3 tahun dan 26,1% anak usia 3-4 tahun yang mengkonsumsi kental manis. Sementara konsumsi kental manis oleh anak usia 1-2 tahun sebanyak 9,5%, usia 4-5 tahun sebanyak 15,8% dan 6,9 % anak usia 5 tahun mengkonsumsi kental manis sebagai minuman sehari-hari.
Melihat data yang ada agak sedikit miris, karena masih banyak sekali yang belum paham bahwa susu kental manis itu bukanlah susu. Oleh karena itu YAICI berkomitmen untuk melakukan edukasi yang berkelanjutan bagi masyarakat luas. Dalam rangka mewujudkan generasi yang unggu di masa yang akan datang. Semoga pemerintah dapat berpartisipasi dalam mengedukasi masyarakat tentang masalah ini. Dengan bekerja sama semoga semakin banyak masyarakat yang phama bahwa SKM itu BUKANLAH susu.