Selama hamil, Bunda akan ditawari berbagai tes pemeriksaan kehamilan untuk mengecek dan menilai perkembangan, memastikan kesejahteraan ibu dan bayi, serta melihat beberapa kondisi kesehatan tertentu. Inti dari tujuan serangkaian tes tersebut adalah mendukung kehamilan Bunda bisa berjalan dengan aman.
Tidak semua tes perlu Bunda lakukan. Bunda dapat mendiskusikan keputusan ini dengan dokter mengenai perlunya menjalani tes tertentu. Tes darah untuk sifilis atau infeksi HIV tidak perlu dilakukan jika Bunda yakin tidak berisiko terhadap penyakit-penyakit tersebut. Namun terlepas dari itu, penting untuk memahami tujuan dari semua tes agar Bunda dapat membuat keputusan untuk melakukan tes.
Mari kita simak beberapa pemeriksaan kehamilan berikut ini.
Pemeriksaan Fisik
Dokter akan memeriksa Indeks Massa Tubuh (IMT) Bunda berdasarkan tinggi dan berat badan. Pengukuran IMT diperlukan untuk menentukanΒ berat badan yang dianjurkan agar Bunda dapat memiliki kehamilan yang sehat.
Kebanyakan ibu hamil mengalami pertambahan berat 10-12,5 kg. Penyebabnya adalah bayi yang terus tumbuh besar serta respons alami tubuh dalam menyimpan lemak untuk memproduksi Air Susu Ibu (ASI) pasca melahirkan. Sebagian besar dari proporsi pertambahan bobot tubuh tersebut terjadi setelah 20 minggu kehamilan.
Selain IMT, dokter juga akan mengukur tekanan darah, denyut jantung, tingkat pernapasan, serta melakukan pemeriksaan fisik lengkap. Dokter akan mengecek adakah kondisi medis yang belum terdiagnosis. Dokter juga akan memeriksa vagina dan pembukaan leher rahim atau serviks. Perubahan serviks dan ukuran rahim dapat membantu mengonfirmasi tahap kehamilan Bunda. Selain itu, Bunda mungkin perlu menjalani tes pap smear sebagai bagian dari skrining kanker serviks, tergantung kepada kapan tes pap smear Bunda yang terakhir.
Tes Laboratorium
Cek darah biasanya dilakukan pada pemeriksaan prenatal pertama. Cek darah mencakup pemeriksaan golongan dan rhesus darah, hemoglobin (hb), gula darah, serta skrining untuk hepatitis B, sifilis, dan HIV.
-
Golongan darah dan rhesus darah
Cek golongan darah dan rhesus darah ini perlu Bunda jalani. Tujuannya mengetahui golongan darah untuk mengantisipasi jika nanti Bunda membutuhkan donor darah. Selain itu, diperlukan untuk mengecek apakah rhesus darah Bunda negatif atau positif, dan apakah rhesus Bunda sama dengan Ayah.
Ibu hamil yang memiliki rhesus negatif mungkin perlu menjalani perawatan ekstra untuk mengurangi risiko penyakit rhesus. Ini karena ibu hamil dengan rhesus negatif dapat mengandung bayi yang memiliki rhesus positif bila si Ayah memiliki rhesus positif.
Yang dikhawatirkan adalah ketika darah bayi masuk ke aliran darah ibu selama kehamilan atau persalinan. Pada kondisi tersebut, Bunda akan memproduksi antibodi untuk melawan sel rhesus positif dari bayi. Kondisi ini biasanya tidak berdampak kepada kehamilan pertama, melainkan pada kehamilan kedua, yaitu ketika reaksi daya tahan tubuh Ibu terhadap rhesus positif akan lebih besar dan akan memproduksi antibodi yang jauh lebih banyak.
Antibodi ini akan menerobos plasenta dan menghancurkan sel darah janin, menyebabkan kondisi yang disebut penyakit rhesus atau penyakit hemolitik pada bayi baru lahir. Akibatnya, bayi dapat mengalami penyakit anemia dan/atau penyakit kuning (jaundice).
-
Hemoglobin (hb)
Hemoglobin adalah protein kaya zat besi yang ditemukan di dalam sel-sel darah merah. Hb memungkinkan sel untuk mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh dan mengangkut karbon dioksida dari seluruh tubuh ke paru-paru. Hb yang rendah adalah pertanda kepada kondisi anemia, yaitu kekurangan sel darah merah yang sehat.
-
Gula darah
Tes gula darah akan dilakukan kepada ibu hamil yang diduga memiliki risiko tinggi terkena diabetes. Selain tes gula darah, tes lainnya juga mungkin akan ditawarkan.
Ibu hamil bisa memiliki risiko terkena diabetes selama kehamilan (diabetes gestasional) yang lebih tinggi bila mengalami kelebihan berat badan (obesitas), memiliki riwayat diabetes pada kehamilan sebelumnya, atau memiliki keluarga yang mengidap diabetes.
-
Skrining untuk hepatitis B, sifilis, dan HIV
Tes ini direkomendasikan untuk melindungi kesehatan Bunda melalui pengobatan dan perawatan dini serta mengurangi risiko penularan kepada bayi, pasangan, atau anggota keluarga lainnya. Tes ini dilakukan saat usia kehamilan sekitar 2-3 bulan.
Bunda juga dapat meminta tes hepatitis B, sifilis, atau HIV kapan pun bila Bunda memiliki pasangan baru atau merasa berisiko tertular penyakit tersebut. Meski begitu, keputusan tetap di tangan Bunda apakah perlu menjalani semua tes atau cukup beberapa saja sesuai yang dibutuhkan.
Tes Urine Antenatal
Pada pemeriksaan antenatal, Bunda akan diminta untuk memberikan sampel urine. Tujuannya untuk memeriksa kandungannya, apakah terdapat kandungan protein atau albumin. Jika ya, artinya Bunda memiliki infeksi yang perlu diobati. Hal ini juga dapat menjadi tanda-tanda kepada preeklampsia.
Preeklampsia dapat menyebabkan berbagai masalah, termasuk kejang. Jika tidak ditangani, berisiko mengancam keselamatan. Preeklampsia juga dapat berdampak kepada pertumbuhan dan kesehatan bayi. Jangan mengabaikan kondisi ini, walaupun wanita dengan preeklampsia biasanya merasa baik-baik saja.
Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan dengan pencitraan ultrasonografi (USG) ditawarkan paling tidak tiga kali, yaitu pada trimester pertama (minggu 10-14), trimester kedua (minggu 18-20), dan trimester ketiga (minggu 32).
Trimester pertama
Pemeriksaan USG pada trimester pertama bertujuan menentukan usia kehamilan, mendeteksi apakah terdapat janin kembar, serta sebagai bagian dari skrining terhadap sindrom Down atau kondisi kelainan kromosom lain.
Trimester kedua
Pemeriksaan pada trimester kedua bertujuan mengecek apakah terdapat kelainan bawaan atau kelainan struktural, misalnya kelainan pada jantung, ginjal, atau cacat tabung saraf.
Trimester ketiga
Sementara pemeriksaan USG pada trimester ketiga dilakukan bila plasenta berada di atas tulang serviks. Pemeriksaan USG bertujuan mendeteksi kemungkinan kondisi plasenta previa.
USG juga perlu dilakukan bila terdeteksi adanya kelainan pada pemeriksaan klinis, misalnya bayi yang terlalu kecil atau besar berdasarkan usia kehamilan. Khusus mengenai kondisi ini bisa terkait kepada kondisi polihidramnion atau kelebihan air ketuban, atau kelainan lain.
Tidaklah berlebihan pepatah yang mengatakan lebih baik mencegah daripada mengobati. Demikian halnya dengan pemeriksaan kehamilan dalam rangka mencegah terjadinya gangguan medis melalui pendeteksian sejak dini, jangan sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dan terlambat mengetahui, apalagi akhirnya tidak tertangani.
Jagalah kesehatan ibu dan bayi selama kehamilan. Selain dengan rutin memeriksakan kondisi kehamilan, jangan lupa menerapkan pola makan sehat dan seimbang. Cukupi kebutuhan air putih dan istirahat, serta upayakan untuk berolahraga yang aman untuk ibu hamil.