Indonesia beberapa kali dilanda kekeringan dahsyat imbas fenomena iklim yang memicu penurunan curah hujan, El Nino.Β Fenomena El Nino saat itu memicu kekeringan dengan intensitas sangat tinggi (ekstrem kering). Kekeringan dan kemarau panjang saat itu juga menyebabkan banyak wilayah sentra pertanian mengalami gagal panen karena distribusi curah hujan yang tidak memenuhi kebutuhan tanaman.
Kemarau panjang menyebabkan turunnya permukaan air tanah. Penurunan air ini menyebabkan volume air sumur juga kian menyusut. Bahkan meski rata-rata tergolong aman, namun sejumlah wilayah terancam krisis air karena kondisi ini. Bebera[pa wilayah di Indonesia, mengalami kekeringan yang cukup ekstrim didaerahnya.
Dompet Dhuafa Membangun Wakaf Sumur Produktif
Mendengar bahwa masyarakat yang ada di daerah Bantul mengalami kekeringan yang cukup ekstrim, akhirnya Dompet Duafa memutuskan untuk membangun sumur wakaf produktif. Masyarakat Dusun Seropan 1 Desa Muntuk, Dlingo, Bantul,Β DI Yogyakarta. Sumur yang dalamnya 108 meter ini saat ini mampu memenuhi kebutuhan air warga sekitar. Sebanyak 149 kepala keluarga ( 451 Jiwa ) sudah terbantu dengan adanya sumur ini.
Dulu waktu belum adanya sumur wakaf ini, masyarakat Desa Seropan mengandalkan sumber air yang dialirkan dari pipa-pipa kecil yang dari hutan pinus. Tetapi itu juga belom bisa memenuhi kebutuhan air masyarakat sehingga masyarakat pun harus membeli air untuk memenuhi kebutuhannya atau mengajukan bantuan dropping air.
Pak Poimin, salah satu warga setempat yang memiliki tangki air pun sering dibuat kewalahan karena para warga mengandalkan beliau untuk memenuhi kebutuhan air. Kemudian bantuan wakaf dari British Propolis melalui Dompet Dhuafa datang untuk membantu masyarakat membuat sumur bor yang dalam hingga mencapai sumber air.
Karena Pak Poimin memiliki tanah yang berada di dataran tinggi, akhirnya Pak Pioman mewakafkan sebagian tanahnya seluas 2 x 2 meter untuk dijadikan sumur bor. Pak Poimin merasa bahwa air merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang harus dipenuhi, jika masalah air dapat diatasi dengan baik tentuΒ masalah lain dapat teratasi.
Ketua Pengelolaan Air Bersih (PAB) Dusun Seropan 1, Pak Sugianto mengatakan warga yang membutuhkan air awalnya akan membayara sebesar Rp.600 ribu per meteran pipa dan setelah tersambung warga hanya perlu membayar biaya beban Rp. 5000 per bulan. Untuk tagihan airnya sendiri akan dibebankan sesuai dengan kebutuhan air.
Menurut Pak Sugianto, biaya paling tinggi yang dikeluarkan warga dengan anggota keluaraga terbanyak adalah Rp.100 ribu dan paling rendah sebesar Rp. 25 ribu. Tentunya biaya ini masih sangat murah, jika dibandingkan harus membeli air teus menerus saat musim kemarau tiba.
Komitmen Dompet Dhuafa Untuk Kemaslahatan Umat
Pak Ali Bastomi selaku General Manager Pengembangan Wakaf Dompet Dhuafa, menjelaskan bahwa wakaf itu memiliki dua asas yang perlu kita ketahui yaitu keabadian dan kemaslahatan. Keabadian maksudnya wakaf tersebut harus menjaga nilainya agar tidak berkurang dan kemaslahatan sendiri ialah harus bermanfaat untuk orang banyak dan air disini merupakan kebutuhan utama yang dibutuhkan oleh masayarakat.
Dompet Dhuafa Yogyakarta sendiri hingga saat ini sudah melakukan aktivasi program kolaborasi dengan banyak lembaga dan pihak untuk membantu Desa Seropan lepas dari kekeringan. Dompe Dhuafa sendiri berusaha agar masyarakat setempat dapat merasakan manfaat dari wakaf tersebut. Dampak wakaf itu sendiri ialah dapat menekan pengeluaran dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Diharapkan dengan adanya sumur bor ini, pengeluyaran masyarakat yang tadinya digunakan untuk membeli air bersih dengan adanya sumur bor ini , biaya tersebut bisa dialihkan untuk keperluan lainnya. Selain di Desa Seropan, Dlingo ada 48 titik sumur wakaf yang dikelola oleh Dompet Dhuafa di seluruh Indonesia.